“PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUESTION-ANSWER MELALUI MEDIA JUMBLE WORD PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PEMAHAMAN”.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa Inggris di Sekolah Dasar (SD) merupakan mulok wajib ketiga setelah pelajaran Bahasa Daerah dan PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup). Dengan demikian banyak siswa menganggap Bahasa Inggris bukanlah pelajaran yang penting bagi mereka karena tidak termasuk pelajaran yang diUAS-BNkan atau diUNkan. Selain itu Bahasa Inggris juga masih dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan karena banyak kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran terutama dalam perbedaan antara pelapalan dengan penulisan. Padahal semakin maju teknologi maka kemampuan berbahasa Inggris semakin diperlukan. Hal ini terbukti dengan adanya program pembelajaran berbasis ICT di sekolah, baik di sekolah lanjutan ataupun di Sekolah Dasar, karena itu pelajaran Bahasa Inggris perlu dikenalkan kepada siswa sejak dini di Sekolah Dasar supaya membantu kelancaran proses kegiatan belajar mengajar yang telah diprogramkan.
Seperti halnya pada pelajaran rumpun bahasa yang lain, Bahasa Inggrispun mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai alat berkomunikasi secara lisan dan tulis, sehingga ruang lingkupnya mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yaitu: mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing), hanya porsi yang diberikan kepada siswa Sekolah Dasar berbeda dengan siswa sekolah lanjutan yaitu lebih menitikberatkan pada perbendaharaan kosakata dan pembiasaan pengucapan ungkapan sederhana bukan pada pendalaman grammar dan structure.
Guru merupakan faktor penting dalam pendidikan, baik di lembaga formal ataupun lembaga nonformal, karena itu guru harus memiliki potensi dan kemampuan untuk mengembangkan siswanya secara optimal. Guru juga dituntut mampu menyajikan pembelajaran yang bukan semata-mata mentransfer pengetahuan, tetapi juga sebagai fasilitator, motivator, konselor dan evaluator untuk meningkatkan sikap, keterampilan dan kemandirian siswa. Guru diharapkan dapat melaksanakan tugasnya secara baik sesuai profesinya, untuk itu guru harus selalu meningkatkan kompetensi dan menciptakan hal-hal baru dalam proses pembelajaran yaitu dapat memilih dan memanfaatkan metode belajar mengajar yang tepat supaya suasana pembelajaran yang aktif, inspiratif/interaktif/inovatif, kritis/kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dapat tercipta.
Berdasarkan uraian di atas, penulis sebagai salah seorang guru bidang studi Bahasa Inggris di sebuah Sekolah Dasar merasa tertarik untuk menerapkan sebuah model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu teks bacaan. Adapun model pembelajaran tersebut dituangkan dalam sebuah judul INOVASI DALAM PENDIDIKAN “PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUESTION-ANSWER MELALUI MEDIA JUMBLE WORD PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PEMAHAMAN”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana penggunaan model pembelajaran question-answer melalui media jumble word pada mata pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman?.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan buku ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa menggunakan model pembelajaran question-answer melalui media jumble word pada mata pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar dalam membaca pemahaman.
D. Landasan Teori
1. Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran (Wells,1987).
Sehubungan dengan hal tersebut, Sekolah Dasar perlu menyelenggarakan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Kompetensi lulusan Sekolah Dasar tersebut selayaknya merupakan kemampuan yang bermanfaat dalam rangka menyiapkan lulusan untuk belajar bahasa Inggris di tingkat SMP/MTs. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan berinteraksi dalam bahasa Inggris untuk menunjang kegiatan kelas dan sekolah.
Pendidikan bahasa Inggris di Sekolah Dasar dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan atau language accompanying action. Bahasa Inggris digunakan untuk interaksi dan bersifat “here and now”. Topik pembicaraannya berkisar pada hal-hal yang ada dalam konteks situasi. Untuk mencapai kompetensi ini, peserta didik perlu dibiasakan dengan berbagai ragam pasangan bersanding (adjacency pairs) yang merupakan dasar menuju kemampuan berinteraksi yang lebih kompleks.
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah
2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Mendengarkan (Listening)
2. Berbicara (Speaking)
3. Membaca (Reading)
4. Menulis (Writing)
Ketrampilan menulis dan membaca diarahkan untuk menunjang pembelajaran komunikasi lisan.
2. Model Pembelajaran Question-Answer
Model pembelajaran question-answer dalam membaca pemahaman dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif. Kegiatan ini berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, karena para siswa diberi kesempatan dan kebebasan untuk berdiskusi merumuskan pertanyaan dan jawaban berdasarkan isi wacana. Dengan demikian, guru hanya memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar tetap berada pada diri siswa. Guru hanya bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Model pembelajaran question-answer menunjukan bahwa belajar merupakan proses siswa membangun gagasan dan pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berbuat, berfikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang disediakan guru memberikan peluang kepada siswa untuk melibatkan mental secara aktif melalui beragam kegiatan, seperti mengamati, bertanya, menjelaskan, berkomentar, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dan sejumlah kegiatan mental lainnya.
Dalam hal ini guru tidak melemahkan karakter dan tidak mendikte aktifitas siswa tetapi selalu menghargai usaha mereka meskipun hasilnya belum sempurna. Dengan demikian, siswa terlatih dan terbiasa menjadi pelajar sepanjang hayat.
Pada dasarnya, semua anak memiliki potensi untuk mencapai kompetensi. Kalau sampai mereka tidak mencapai kompetensi, bukan karena tidak memiliki kemampuan untuk itu tetapi mungkin pengaruh banyak faktor salah satunya akibat tidak tersedia pengalaman belajar yang relevan dengan keunikan masing-masing karakteristik individual. Meskipun anak itu unik karena memiliki keragaman karakteristik, mereka memiliki kesamaan dalam hal: sikap ingin tahu (curiosity), sikap kreatif (creatifity), sikap sebagai pelajar (active learner) dan sikap sebagai seorang pengambil keputusan.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan individual dan sosial, minat dan kebutuhan yang berhubungan dengan karakteristik bahan ajar yang dipelajari, misalnya dengan cara pengelompokan, pemilihan pasangan ataupun secara individu supaya terjadi interaksi yang komunikatif.
3. Media Pembelajaran Jumble Word
Jumble Word merupakan media alternatif berupa sebuah kartu yang berisi kata acak, dan kata acak tersebut jika disusun akan menjadi sebuah kalimat yang bermakna. Karena itu Jumble Word dianggap mampu mengaktifkan siswa dalam memecahkan masalah berkaitan dengan pemahaman suatu kalimat, paragrap atau sebuah teks wacana. Dengan bantuan media tersebut, siswa secara aktif dapat menemukan gagasan utama dalam sebuah bacaan yang mereka baca, bahkan dapat menjelaskan kembali isi bacaan kepada orang lain.
4. Peranan Guru
Peranan guru dapat ditinjau dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, guru mengemban perenan-peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen moral, sebagai innovator dan kooperatif (W. Taylor, 1978)
Guru sebagai ukuran kognitif. Tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan kepada generasi muda. Hal-hal yang akan diwariskan itu sudah tentu harus sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan oleh masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial, ekonomi dan politik masyarakat yang bersangkutan. Karena itu guru harus memenuhi ukuran kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, sehingga anak dapat mencapai ukuran pendidikan yang tinggi. Hasil pengajaran merupakan hasil interaksi antara unsur-unsur, motivasi dan kemampuan siswa, isi atau materi pelajaran yang disampaikan dan dipelajari oleh siswa, keterampilan guru menyampaikannya dan alat bantu pengajaran yang membuat jalannya pewarisan itu.
Guru sebagai agen moral dan politik. Guru bertindak sebagai agen moral masyarakat karena fungsinya mendidik warga masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung dan berbagai keterampilan kognitif lainnya. Keterampilan-keterampilan itu dipandang sebagai bagian dari proses pendidikan moral, karena masyarakat yang telah pandai membaca dan berpengetahuan akan berusaha menghindarkan dirinya dari tindakan-tindakan kriminal dan menyimpang dari ukuran masyarakat. Guru juga merupakan gambaran sekaligus berperan sebagai agen politik. Guru menyampaikan sikap kultur dan tindakan politik masyarakat kepada generasi muda. Kemauan-kemauan politik masyarakat disampaikan dalam proses pengajaran dalam kelas.
Guru sebagai innovator. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknnologi, maka masyarakat senantiasa berubah dan berkembang dalam semua aspek. Perubahan dan perkembangan itu menuntut terjadinya inovasi pendidikan yang menimbulkan perubahan yang baru dan kualitatif, berbeda dengan hal yang sebelumnya (Santoso S. hamijoyo, 1974). Tanggung jawab melaksanakan inovasi itu diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru memegang peranan utama. Guru bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan-gagasan baru, baik tehadap siswa maupun tehadap masyarakat melalui proses pengajaran dala kelas.
Peranan kooperatif. Dalam melaksanakan tugasnya, guru tidak mungkin bekerja sendirian dan mengandalkan kemampuannya secara individual. Karena itu para guru perlu bekerjasama antar sesama guru dengan pekerja sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan dengan persatuan orang murid. Peranan kerjasama dalam pengajaran di antara guru-guru secara formal dikembangkan secara sistem pengajaran beregu.
Dalam proses pengajaran di sekolah (di kelas), peranan guru lebih spesifik sifatnya dalam pengertian sempit yakni dalam hubungan proses belajar mengajar. Peranan guru adalah sekaligus sebagai pengorganisasian lingkungan belajar dan sebagai fasilitatator belajar (Thomas E. Curtis dan Wilma W. Bidwell, 1977). Peranan pertama meliputi perenan-peranan yang lebih spesifik, yakni:
1) Guru sebagai model
2) Guru sebagai perencana
3) Guru sebagai peramal
4) Guru sebagai pemimpin, dan
5) Guru sebagai penunjuk jalan atau sebagai pembimbing kea rah pusat-pusat belajar
Peranan guru sebagai fasilitator belajar bertitik tolak dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Implikasinya terjadi pada tugas tanggung jawab, guru mengemban peranan dalam proses kelompok, model kelompok memberikan penyuluhan dan keterampilan-keterampilan belajar.
Guru sebagai pengorganisasi lingkungan belajar. Peranan guru sebagai pengorganisasi pada dasarnya bertitik tolak dari asumsi bahwa pengajaran adalah suatu aktivitas professional yang unik, rasional dan humanistis. Dalam hal itu, seseorang menggunakan pengetahuannya secara kreatif dan imajinatif untuk mempromosikan pelajaran dan kesejahteraan bagi orang lain. Sekolah mengundang pola-pola karakteristik yang proses sosialisasinya berlangsung dan anak memperoleh pengalaman- pengalamannya di dalam situasi sekolah.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka guru berkewajiban mempersiapkan dan mengorganisasi lingkungan belajar anak/remaja untuk mensosialisasikan dirinya. Dalam hubunga ini, guru mengemban peranan-peranan sebagai berikut:
1) Guru sebagai model.
Anak dan remaja berkembang ke arah idealisme dan kritis. Mereka membutuhkan guru sebagai model yang dapat dijadikan contoh dan teladan, karena itu guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan, keterampilan dan kepribadian. Kelebihan itu tampak dalam disiplin pribadi yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual, emosional, kebiasaan-kebiasaan yang sehat, sikap yang demokratis, terbuka dan sebagainya. Dalam menjalankan peran tersebut guru harus senantiasa dalam keterlibatan secara emosional dan intelektual dengan anak-anak. Dia senantiasa berusaha memberikan bimbingan menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan menggairahkan anak untuk belajar, menyediakan kesempatan bagi anak untuk terlibat dalam perencanaan bersama dengan guru, memungkinkan secara directive.
2) Guru sebagai perencana
Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional. Tujuan-tujuan umum perlu diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan secara spesifik dan operasional. Dalam perencanaan itu murid perlu dilihatkan sehingga menjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan, dan tingkat pengalaman mereka. Peranan tersebut menuntut agar perencanaan senantiasa direlevansikan dengan kondisi masyarakat, kebiasaan belajar siswa, pengalaman dan pengetahuan siswa, metode belajar yang serasi, dan materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya .
3) Guru sebagai peramal atau mendiagnosis kemajuan belajar murid
Peranan tersebut erat kaitannya dengan tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Penilaian mempunyai arti yang penting, baik bagi siswa, orang tua dan bagi guru sendiri. Bagi siswa, agar mereka mengetahui seberapa jauh mereka telah berhasil dalam studinya. Bagi orang tua, agar mereka mengetahui kemajuan belajar anaknya. Dan bagi guru, penting untuk menilai dirinya sendiri dan efektifitas pengajaran yang telah diberikannya. Hal terpenting yaitu data yang terkumpul tentang diri siswasebagian menunjukan beberapa kelemahan yang memerlikan perbaikan melalui prosedur bimbingan yang efektif. Dalam menjalankan peranan ini, seharusnya guru mampu melaksanakandan mempergunakan beberapa tes yang telah dibakukan, melaksanakan tes formatif, sumatif serta memperkirakan perkembangan anak didiknya.
4) Guru sebagai pemimpin.
Guru adalah sebagai pemimpin dalam kelasnya sekaligus sebagai anggota kelompok-kelompok dari siswa. Banyak tugas yang sifatnya manajerial yang harus dilakukan olah guru, seperti memelihara ketertiban kelas, mengatur ruangan, bertindak sebagai pengatur rumah tangga kelas serta menyusun laporan bagi pihak yang memerlukannya.
5) Guru sebagai penunjuk jalan kepada sumber-sumber.
Guru berkewajiban menyediakan berbagai sumber yang memungkinkan akan memperoleh pengalaman yang kaya. Lingkungan sumber itu perlu ditunjukan kendatipunpada hakikatnya anak sendiri yang berusaha menemukannya. Tentu saja sumber-sumber yang ditunjukkan itu adalah sumber-sumber yang cocok untuk membantu proses belajar mereka. Curtis mengemukakan bahwa guru memiliki komponen-komponen tertentu yang terdiri dari: sumber-sumber guru, sumber-sumber manusia, sumber-sumber masyarakat, sumber-sumber media dan sumber-sumber kepustakaan. Sumber-sumber belajar itu sangat diperlukan terutama dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan tinggi.
Sebagai fasilitator, guru berperan sebagai pembantu dalam pengalama belajar, membantu perubahan lingkungan, serta membantu terjadinya proses belajar yang serasi dengan kebutuhan dan keinginan. Guru berkewajiban melakukan tindakan berikut:
1. Menciptakan iklim kelas atau pengalaman kelas.
2. Membantu membuka rahasia dan menjelaskan maksud-maksud individu dalam kelas.
3. Menimplementasikan tujuan-tujuan yang bermakna bagi siswa.
4. Mengorganisasi dan mempermudah serta memperluas sumber-sumber belajar.
5. Menjawab ekspresi kelompok kelas dengan menerima kepuasan intelektual dan sikap emosional siswa.
6. Memandang dirinya sebagai sumber yang fleksibel untuk dimanfaatkan oleh kelompok.
7. Bertindak sebagai peserta anggota kelompok yang memberikan pendapatnya sebagai individu.
8. Tetap berhati-hati terhadap pernyataan yang dalam dan kuat
9. Berusaha menyadari dan menerima keterbatasannya sendiri.
BAB II
PROGRAM PENANGGULANGAN
A. Penggunaan Model Question-Answer pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam penggunaan model Question-Answer, langkah-langkah tersebut yaitu:
1. Siswa diberi teks wacana
Guru menayangkan slide berisi teks wacana. Teks tersebut dibaca secara klasikal kemudian dicari arti dari kosakata baru secara berkelompok dengan bantuan kamus. Setelah itu, setiap kelompok mencoba menterjemahkan teks wacana secara utuh.
2. Siswa diberi tugas membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan teks
Dari teks wacana yang telah diterjemahkan, siswa diberi tugas secara berpasangan untuk membuat kalimat tanya dan jawabannya dengan bantuan media jumble word.
B. Penggunaan Media Jumble Word pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Dalam proses membuat kalimat tanya dan jawabannya, guru membagikan kartu jumble word kepada setiap pasang siswa untuk disusun menjadi kalimat tanya dan kalimat jawab sesuai isi teks. Seteleh tersusun, setiap kalimat ditulis ulang dalam bentuk percakapan.
C. Deskripsi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru melakukan kegiatan untuk membuka pelajaran melalui:
a. Pengucapan salam pembuka
b. Pendataan kehadiran siswa
c. Pengkondisian siswa ke arah pembelajaran yang efektif
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran diisi dengan menerapkan model Question-Answer dan penggunaan media Jumble word, dengan langkah sebagai berikut:
1) Eksplorasi
a. Siswa membaca teks wacana secara klasikal
b. Siswa menemutunjukkan arti kosakata baru dengan bantuan kamus secara berkelompok
c. Siswa menterjemahkan isi teks secara utuh
2) Elaborasi
a. Siswa diberi kartu jumble word untuk disusun menjadi kalimat tanya dan kalimat jawab secara berpasangan
b. Siswa menulis kalimat tanya dan kalimat jawab yang telah disusun dalam bentuk percakapan
c. Siswa memperagakan percakapan di dapan kelas
3) Konfirmasi
a. Siswa dan guru melakukan tanya jawab sebagai refleksi
b. Siswa dan guru berdiskusi untuk menyimpulkan isi teks
3. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru melakukan kegiatan untuk menutup pelajaran melalui:
a. Pemberian PR sebagai tindak lanjut
b. Pengucapan salam penutup
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Salah satu upaya untuk memperolah hasil belajar yang maksimal dalam proses pembelajaran adalah pemiliham berbagai variasi pendekatan, strategi, metode serta media/alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran.
Model pembelajaran Question-Answer merupakan sebuah madel pembelajaran yang inovatif karena kegiatan ini berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Para siswa diberi kesempatan dan kebebasan untuk berdiskusi merumuskan pertanyaan dan jawaban berdasarkan isi wacana, sedangkan guru hanya bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Untuk mendukung dan mempermudah proses pembelajaran dengan model Question-Answer maka dibuatlah media Jumble Word berupa sebuah kartu yang berisi kata acak, dan kata acak tersebut jika disusun akan menjadi sebuah kalimat yang bermakna.
Setelah kalimat tanya dan kalimat jawab tersusun, siswa mempraktekkan percakapan tersebut sacara berpasangan di depan kelas. Dengan demikian, siswa mampu memahami isi teks secara utuh dan empat aspek keterampilan berbahasa yaitu: mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing) dapat terlaksana dengan sempurna.
B. Saran
Dengan semakin maju teknologi maka kemampuan berbahasa Inggris semakin diperlukan. Karena itu guru ditututut untuk dapat menghilangkan anggapan bahwa Bahasa Inggris merupakan pelajaran yang menakutkan meskipun banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran terutama perbedaan antara pelapalan dengan penulisan, maka guru harus:
1. Mempunyai kemampuan ekstra dalam memilih model dan media pembelajaran.
2. Mencoba menerapkan model pembelajaran question-answer melalui media jumble word pada mata pelajaran bahasa Inggris di kelas lain dalam membaca pemahaman.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
De Parter, Bobbi dan Mike Hernacki, 2005. Quantum Learning. Bandung : Kaifa
Hamalik, Oemar, 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara
http://www.google.com
Muslich, Masnur, 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual . Jakarta : Bumi Aksara
Muslich, Masnur, 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta : Bumi Aksara
Nasution, S. 1995. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana dan Suwariyah, 1991. Model-model Mengajar CBSA. Bandung : Sinar Baru
Sukmara, Dian, 2007. Implementasi Life Skill Dalam KTSP. Bandung : Mughni Sejahtera